"Mama masuk ya!" Pinta Rafa. Akupun menyetujui. Saat itu hanya 3 orang emak yang menemani anaknya hingga di dalam kelas, dan salah satunya adalah saya.
Semula Rafa enggan masuk ke ruangan kelas. Persis saat ia di taman kanak kanak, tidak mudah membawanya masuk ke ruangan. Bahkan berminggu-minggu Rafa hanya bermain di luaran.
Kali inipun demikian, tentu tidak pakai mengamuk. Karna masuk paling belakang, Rafa dapat kursi paling pojok, dan sang emak nangkring di kelas ikut belajar.
Hari ke-dua, sang guru sudah tidak mengijinkan anak-anak di temani hingga ke dalam kelas. Sebagai gantinya, boleh liat di kaca jendela. Rafa langsung keluar memberi pesan padaku "mama di samping jendela ya" dan dakupun manut.
Rafa belajar sambil mengawasiku, dia tidak membolehkanku untuk duduk di pinggiran tembok. Hari itu hanya saya yang berdiri dekat jendela nyaris selama dua jam tanpa pindah posisi.
Pulangnya aku langsung bereksperimen "mama pegelll banget, tolong pijitinnn yaaa" di tambah muka yang memelas aduhai berharap dia faham. Sungguh pegel, tapi tidak segitu juga kali.
Hari ke tiga, lebih menggembirakan aku di persilakan duduk di teras tapi tidak boleh merubah posisi, kapanpun dia pengen liat, mamanya harus selalu ada. Dan saat itu jendela di tutup menggunakan tirai. Rafa berusaha membuat lubang kecil, sesekali matanya mencariku. Dia sempat di tegur gurunya karna tidak fokus di kelas.
Hari-hari selanjutnya tentu semakin menggembirakan, dia sudah bisa di lepas sebagaimana mestinya.
Giliran Alfie.
Karena ada suatu urusan rutin, aku terpaksa menyekolahkan Alfie di usia lebih muda di bandingkan kakaknya. Tepat berumur 3 tahun, saat itupun sudah masuk semester ke dua, dan Rafa masih bersekolah di tempat yang sama.
Alfie ditunggui Nini (my mom) selama kurang lebih tiga harian. Selebihnya aku antar dia terus aku tinggal sambil sesekali mengawasi dari luar.
Setiap di tinggal Alfie selalu menangis, dan langsung ditangani gurunya, ajaibnya Alfie menangis hanya ketika melihatku, saat diriku dinyatakan menghilang dia langsung diem dan langsung bisa berbaur dan dapat mengikuti kegiatan sekolah dengan baik.
Apalagi saat jam istirahat dan pulang dia masih bisa bermain dengan kakaknya. Walau dari benih dan rahim yang sama, dua anak dua karakter yang berbeda. Cara menikmati sekolahpun juga berbeda beda.
#OneDayOnePost
Semula Rafa enggan masuk ke ruangan kelas. Persis saat ia di taman kanak kanak, tidak mudah membawanya masuk ke ruangan. Bahkan berminggu-minggu Rafa hanya bermain di luaran.
Kali inipun demikian, tentu tidak pakai mengamuk. Karna masuk paling belakang, Rafa dapat kursi paling pojok, dan sang emak nangkring di kelas ikut belajar.
Hari ke-dua, sang guru sudah tidak mengijinkan anak-anak di temani hingga ke dalam kelas. Sebagai gantinya, boleh liat di kaca jendela. Rafa langsung keluar memberi pesan padaku "mama di samping jendela ya" dan dakupun manut.
Rafa belajar sambil mengawasiku, dia tidak membolehkanku untuk duduk di pinggiran tembok. Hari itu hanya saya yang berdiri dekat jendela nyaris selama dua jam tanpa pindah posisi.
Pulangnya aku langsung bereksperimen "mama pegelll banget, tolong pijitinnn yaaa" di tambah muka yang memelas aduhai berharap dia faham. Sungguh pegel, tapi tidak segitu juga kali.
Hari ke tiga, lebih menggembirakan aku di persilakan duduk di teras tapi tidak boleh merubah posisi, kapanpun dia pengen liat, mamanya harus selalu ada. Dan saat itu jendela di tutup menggunakan tirai. Rafa berusaha membuat lubang kecil, sesekali matanya mencariku. Dia sempat di tegur gurunya karna tidak fokus di kelas.
Hari-hari selanjutnya tentu semakin menggembirakan, dia sudah bisa di lepas sebagaimana mestinya.
Giliran Alfie.
Karena ada suatu urusan rutin, aku terpaksa menyekolahkan Alfie di usia lebih muda di bandingkan kakaknya. Tepat berumur 3 tahun, saat itupun sudah masuk semester ke dua, dan Rafa masih bersekolah di tempat yang sama.
Alfie ditunggui Nini (my mom) selama kurang lebih tiga harian. Selebihnya aku antar dia terus aku tinggal sambil sesekali mengawasi dari luar.
Setiap di tinggal Alfie selalu menangis, dan langsung ditangani gurunya, ajaibnya Alfie menangis hanya ketika melihatku, saat diriku dinyatakan menghilang dia langsung diem dan langsung bisa berbaur dan dapat mengikuti kegiatan sekolah dengan baik.
Apalagi saat jam istirahat dan pulang dia masih bisa bermain dengan kakaknya. Walau dari benih dan rahim yang sama, dua anak dua karakter yang berbeda. Cara menikmati sekolahpun juga berbeda beda.
#OneDayOnePost
No comments:
Post a Comment