Apr 15, 2016

Anak Jenderal

By Raida

Bahrun menatap bahu Faizal yang memeluk guling menghadap tembok kayu kamar yang mulai kusam. Sedih nian memikirkah sahabatnya, sudah 2 hari hanya minum, tak mau menelan nasi barang se bijipun.
-
"Ayolah Faizal, aku bawakan soto lamongan kegemaranmu, makanlah sedikit" pinta Bahrun sambil terus menyodorkan se mangkok soto panas.
-
Faizal hanya diam, tanpa reaksi. Bahkan tak dihiraukan beberapa ekor nyamuk dengan leluasa menggigit kakinya yang di tumbuhin helaian rambut. Bahrun menepuk kencang nyamuk tersebut, karena refleks mengakibatkan getaran cukup hebat, Faizal bangkit hingga menyenggol mangkok soto, tumpah membanjiri kasur. Bahrun kesal, dia keluar menemui adiknya Faizal, Fatimah yang sedang sibuk menjahit baju gamis menggunakan mesin jait manual ber merk buterfly.
'
"Kita harus melakukan sesuatu, Fatimah!" Bahrun memukulkan tangannya ke tembok, menatap nanar ke luar jendela.
-
"Sudahlah bang, tak ada yang bisa kita lakukan. mungkin Azizah memang tak berjodoh dengan bang Faizal, besok ia akan menikah" jawab Fatimah sambil terus memainkan kakinya di bawah mesin jait. Irama mesin jait seakan mengalun syahdu mengiringi setiap ucapan Fatimah.
-
"Selama belum ada ijab dan qabul, jodoh belum di tentukan, Fatimah!" Ujarnya geram. Matanya mulai berapi-api. berkelebat ke sana ke mari seakan mencari titik sudut meluapkan kemarahan. Laki-laki mana telah begitu tega memisahkan cinta Faizal dan Azizah?
-
Angannya mulai melayang, menyusuri setiap jengkal kenangan, kedekatannya dengan Faizal selama ini. Sahabat seiya sekata, laksana Arjuna dan Bima beda orang tua. Bahkan, Bahrun menyayangi Faizal melebihi dirinya sendiri, karna dia tak punya saudara. Dia ingat saat polisi menangkapnya beberapa tahun lalu akibat tawuran yang dilakukan bersama the geng , Faizal menjual mobil pick up  untuk menebus Bahrun agar keluar dari penjara. Bahkan Faizallah orang pertama ikut megurus ibunya yang sakit, membantu biaya administrasi, hingga mengangkat jenazah sampai ke liang lahat. Menemani dan mengurusnya selama berhari-hari saat suasana masih berkabung. Membawakan rutin ransum makanan komplit dengan susu sebagai gizi tambahan. Karena duka Bahrun teramat dalam, hingga dia tak mau makan. Faizal menyuapinya bahkan mengancam tidak akan makan selama temannya tak ikut makan bersamamya.
-
Walaupun sosok Bahrun bermental preman, penuh tato menyelimuti tubuh, tapi hatinya teramat sensitif. Saat menontonn film Bolywood kegemarannya, dia bisa menangis tersedu-sedu karena tersentuh pada tema film cinta dan persahabatan.
-
"Aku pamit dulu, Fatimah. Kau cobalah bujuk abangmu untuk makan"
-
"Mau ke mana kau bang?"
-
"Ada urusan yang harus segera kuselesaikan" Bahrun, bergegas meninggalkan Fatima yang masih keheranan.
****
Faizal meratapi nasib, teringat hari-hari bersama Azizah. Dua tahun lebih merajut asmara. Suka duka di lalui berdua namun kandas karena jodoh pilihan orang tua Azizah.
-
Beberapa hari yang lalu, Azizah menemuinya dengan isakan tangis, mengajaknya untuk bersama pergi sejauh mungkin. Hari pernikahannya telah di tentukan, tapi Azizah bersikeras hanya akan menikah dengan pujaan hatinya, Faizal. Bahkan dia tak mau menemui calon suaminya.
-
Kampung Azizah dan Faizal bersebelahan, dipisahkan jembatan, di bawahnya mengalir deras anakan sungai yang dipenuhin bebatuan alam. Desa mereka sangat indah dan makmur, dengan hamparan sawah, di kelilingi bukit-bukit nan terjal.
-
Faizal membawa Azizah kabur ke luar kota. Karna koneksi Ayah Azizah yang luas sebagai ketua Lurah di desa, dengan mudah mereka di temukan. Faizal di tahan selama beberapa hari atas tuduhan membawa lari anak gadis orang. Faizal di bebaskan setelah mendapat jaminan dari Azizah mereka tidak akan bersama lagi dan menerima jodoh yang di pilihkan orang tuanya. Dengan berat hati dan bercucuran air mata menyayat hati, Azizah pamit meninggalkan Faizal, inilah jalan yang harus di tempuh agar kekasih pujaan tidak di penjara.
-
Bak buah simalakama itulah kisah cinta mereka. Bila menolak perjodohan, Faizal akan tetap di tahanan, dan ayah Azizah akan membawanya ke luar provinsi bahkan mungkin ke luar negeri jika mereka masih bersama atau menerima pinangan dengan pertimbangan Azizah masih bisa melihat Faizal walau hanya sebatas persaudaraan.
****
Janur kuning melambai di sepanjang ruas menuju kediaman Azizah. Bendera warna-warni persis seperti karnaval. Lagu nasyid mengiringi kemeriahan walimah pernikahan. Iringan tamu berdatangan turut mengucapkan selamat kepada mempelai.
-
Azizah terlihat sangat  cantik. Ratusan melati berjejer rapi menghiasi kepala yang telah di tutupi keruding putih. Kebaya gold dengan hiasan penyet bling bling disekelilingnya bak gaun putri raja. Senyuman selalu merekah, tersungging diantara bibir merah menyala. Di sampingnya berdiri pemuda gagah perkasa dengan perawakan atletis. Mata elang nan tajam memancarkan pesona putra bangsawan. Tangannya erat menggenggam sang putri.
-
Di tengah keramaian pesta tiba-tiba segerombolan pasukan membawa aneka balok dan senjata tajam menyerang kediaman mempelai sambil berteriak "bubarkan acara... bubarkannnnn!!!!" Mereka adalah pasukan Bahrun cs. Bahrun berniat menculik Azizah dan menyandingkannya kembali dengan Faizal. Sebelum pasukan sampai kepada target, pasukan lain berseragam tentara lengkap dengan laras panjang menghadang mereka. Dentuman tembakan menghentikan arak-arakan, Bahrun lari kocar kacir berusaha menyelamatkan diri. Perang panjang dan segala  perlengkapan lainnya berjatuhan. Semua personel Bahrun kalah banyak,  satu persatu di ciduk, di kumpulkan di belakang tanah lapang.
-
Bahrun menangis meraung-raung mohon ampun minta di bebaskan, bahkan dia kencing di celana karena ketakutan. Tidak berapa lama kemudian, Faizal datang menggunakan motor setelah mendengar kabar kegaduhan di rumah Azizah dan penangkapan Bahrun.
-
"Tolong lepasin teman saya pak, dia tidak salah, saya yang akan bertanggung jawab atas semua ini"
-
"Jadi kamu yang menyuruh Bahrun untuk mengacaukan acara ini, Faizal?"
-
Faizal menoleh ke belakang mencari sumber suara di atara kerumunan tentara. Dia tahu persis siapa wanita yang barusan berbicara.
-
"Tidak Azizah, Bahrun hanya ingin menolong, aku sungguh tidak tahu rencananya tapi aku bertanggung jawab atas kekacauan ini"
-
Azizah terlihat membisikkan sesuatu ke telinga pria yang telah sah menjadi suaminya. Dengan sigap laki-laki itu meminta teman-temannya membebaskan Bahrun dan saudara-saudaranya. Faizal segera pamit, mengajak Bahrun meninggalkan tempat kejadian perkara.
-
"Tunggu!!!" Azizah berlari kecil mendekati Faizal sebelum beranjak lebih jauh. Betapa terenyuh hati Faizal, mugkin Azizah ingin mengucapkan salam perpisahan yang sangat dramatis.
-
"Ada apa Azizah? aku sudah tidak ada keperluan di tempat ini, biarkan aku pergi" Faizal menatap Azizah dengan seksama, bendungan di pelupuk matanya segera tumpah bila terlalu lama di tempat tersebut. Wanita yang di cintainya selama lebih dua tahunan ini terlihat begitu cantik mempesona, telah jadi milik orang.
-
"Aku hanya ingin mengembalikan ini" Azizah memberikan seuntai gelang emas ke tangan Faizal. Gelang itu hadiah dari Faizal saat ulang tahun Azizah setahun yang lalu. Susah payah Faizal mengumpulkan dana untuk menebus gelang tersebut di toko koh Acung.
-
"Mungkin calon istrimu kelak lebih berhak memakainya, aku sudah punya ganti, terima kasih. Owiyah aku juga tidak tinggal dikampung ini lagi, lusa aku dan suamiku akan berangkat ke Paris dan menetap di sana" Azizah kembali pamit tanpa beban, berlari kecil ke belakang, menggandeng mesra tangan suaminya.

Sungguh getir hati Faizal. Oh wanita, beberapa hari yang lalu betapa sedihnya engkau melepaskanku, seakan dunia akan berakhir jika kita tidak bersama. Bahkan kau berjanji akan mencintaiku sampai mati. jika di dunia kita tidak bersama,  kaupun berjanji menantikanku di pintu surga. Tapi lihat, janji tinggallah janji, kau seperti terkena amnesia. Semua seakan tertulis di atas pasir kemudian tersapu ombak, hilang tanpa bekas. Diriku memang tak sebanding dengan suamimu yang gagah perkasa,  mapan juga kaya raya, anak seorang Jenderal ternama. Lengkap sudah, apalah aku hanya pemuda biasa, dengan gaji serabutan berpangkatpun tidak, batin Faizal.

Faizal pulang dengan perasaan hampa, tak ada lagi celah yang tersisa untuk namanya di hati Azizah walau hanya secuil.

 "akuuuuu.... pulangggggggg, tanpa dendammm... ku terima kekalahankuuuu..." by Sheila on 7

 **kisah ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tokoh dan cerita hanya kebetulan semata tanpa ada unsur kesegajaan.


Hikmah cerita:  jangan pernah percaya kepada seseorang yang belum sah menjadi milik kita, saat ia berkata "Aku akan mencintaimu sampai mati" karna 50% hanya omongan belaka dan 50% lagi adalah dusta binti gombal semata, sekian terima kasih


#OneDayOnePost

5 comments: