Gini deh saat Rafa (3bln 2ari) bobo.. bener2 ngabisin jatah kasur emak babenya
Sep 14, 2008
Sep 9, 2008
Finally...(bag 1)
Kulihat Rafa yang masih tertidur pulas, gak tega rasanya mengusik mimpi indahnya. segera kusiapkan gendongan dan pelan2 ku angkat dia. Sudah jam 3 sore semoga tidak terlambat. Mas kukuh menelponku sebagai tanda dia telah siap di bawah menanti kami, tanpa kuangkat segera kumatikan bunyi itu. Rafa terbangun seperti ingin bertanya "kemana kita mama?"
kupeluk erat dia, diluar angin berhembus cukup kencang kulindungi kepala mungilnya, Rafa mengedip-ngedipkan kedua kelopak mata indahnya. Musim panas yg sebentar lagi berganti masih begitu terasa.
Cuaca kuwait akhir2 ini semakin kacau, musim panas setiap tahun semakin lama, beberapa kerabat memperkirakan mungkin 10tahun kedepan musim dingin udah gak ada di negeri ini, di tahun ini di susul tingkat kelembaban yg cukup tinggi. setiap kali Rafa rewel karna kepanasan aku hanya berbisik padanya "sabar ya nak..". Maklum saja gedung tua yang kami tempati selalu mengalami kerusakan AC, ato mungkin AC di tempat ini sudah tidak bisa lagi melawan panasnya cuaca di luar sana.
Kendaraan kami mulai menyusuri jalan, Tidak ada yg terlalu berubah di luar sana, masih seperti yg dulu. setiap sore di saat ramadan tidak terlalu ramai, berbeda di pagi dan siang hari ato setelah berbuka dan selesai tarawih, kendaraan-kendaraan seperti tumpah ruah di jalan. Macet di bulan puasa bukan hal yg aneh di negeri ini, mungkin juga sudah menjadi budaya.
Kilasan balik kehidupan mulai menyapa pikiranku. Ramadan tahun pertama aku full di rumah, sesekali memenuhi undangan. Ramadan tahun kedua dan ketiga di kuwait aku duduk dan makan bersama staf-staf kuwait times tuk berbuka dengan menu yg super lengkap dah banyakk, aku tidak pernah bisa menghabiskan porsi bagianku. Kalo sempat dan keadaan tidak mendesak serta mas kukuh di rumah sesekali aku pulang. Saat di kantor aku lebih sering berbuka dengan staff non muslim. Muslim atapun tidak, siapapun yg masih berada di kantor pasti mendapatkan jatahnya tersendiri bahkan tidak ada beda dari menu yg di sajikan. Walopun mereka tidak puasa mereka begitu amat sangat menghormati kami.
Aku ingat waktu salah seorang temenku Jowel bagian composer sudah begitu amat sangat ingin merokok, akhirnya dia ngumpet di toelet hanya untuk menikmati dua tiga hisapan kegemarannya. Ada lagi yang sudah berasa sangat lapar karna dari tengah hari sudah berada di kantor juga harus menahan makan mereka hingga iftar menjelang, memesan makananpun gak bisa, membawa makanan? mau makan dimana? diapun akhirnya ikut berpuasa juga. Hukum di kuwait menjadi sangat ketat di saat bulan puasa ini. Jangankan terlihat makan di muka umum, merokok saja akan dikenakan sangsi dan denda yang tidak murah. Begitu juga BPOM nya, rajia toko-toko makanan yg menjual barang kadaluarsa serta restoran, bahkan sampai ke pasar ikan tidak luput dari perhatian mereka. Formalin!! tak bernah bergaung di sini, ikan kedapatan busuk saja bisa berurusan dengan aparat para penjualnya.
Pernah terbayang, gimana seandainya di negara kita BPOM nya seperti ini yah, mungkinkah para wartek banyak yg gulung tikar? mungkinkan para penjual ikan ayam daging dan sejenisnya harus ngurut-ngurut dada? mungkinkah..mungkinkah..mungkinkah.. ah sepertinya mereka terlalu sibuk ato terlalu banyak yg harus di urus hingga hal-hal yg di anggap 'sepele' sudah tidak bisa di urus lagi.
Tak terasa perjalanan mendekati tempat tujuan. Hati ini begitu berat, kenangan kenangan itu, moment-moment indah itu seakan menari nari di kepalaku. Jalanan ini 3 bulan yang lalu hampir setiap sore selalu kulewati, jalan tempat aku mengais rezki-Mu ya Allah. Jalan yang menghantarkanku bertemu dengan orang2 yang sangat luar biasa yang datang dari negara-negara berbeda agama, budaya dan bahasa.
Akhirnya kami sampai juga, kubenahi posisi Rafa di gendonganku, kuselipkan tas coklat di bahuku, kumantapkan hatiku Aku harus kuat, dan aku pasti kuat.
Kupandangi lekat-lekat bangunan di depanku, dua setengah tahun yang lalu gedung ini masih sebatas kerangka dan pondasi dengan adukan semen di mana-mana. Para tukang yang terlihat serius dengan pekerjaannya. Aku juga sering melihat pria Arab besar sesekali mengontrol keadaan bangunan ini.
Yah, dua setengah tahun yang lalu pula sebelum itu, tepatnya di akhir bulan Desember, seorang perempuan dengan logat bahasa ingris yang sangat pasih menelponku. Betapa sumringahnya aku, lamaranku terjawab, ke esokan harinya aku diminta datang untuk wawancara. Kembali aku menghubungi ka Ayat tuk mengingatkanku kemmbali rumus2 yang satu tahun sudah aku tinggalkan yang nyaris hilang di memoryku.
hari itu pun tiba, baju terbaik aku kenakan. Mahmud, mba Nurul, dan mas kukuh ikut mengantarku. Kami sempat berputar-putar karna belum begitu hapal dengan jalanan di daerah yang mereka tujukan. 808080, gedung kami berada tepat di seberang bangunan yang ada tulisan nomer telp itu, sahut resepsionist yang kami ketahui bernama Marlyn menyebutkan ketika kami kembali menanyakan alamat bangunan yang di maksud.
bersambung..
kupeluk erat dia, diluar angin berhembus cukup kencang kulindungi kepala mungilnya, Rafa mengedip-ngedipkan kedua kelopak mata indahnya. Musim panas yg sebentar lagi berganti masih begitu terasa.
Cuaca kuwait akhir2 ini semakin kacau, musim panas setiap tahun semakin lama, beberapa kerabat memperkirakan mungkin 10tahun kedepan musim dingin udah gak ada di negeri ini, di tahun ini di susul tingkat kelembaban yg cukup tinggi. setiap kali Rafa rewel karna kepanasan aku hanya berbisik padanya "sabar ya nak..". Maklum saja gedung tua yang kami tempati selalu mengalami kerusakan AC, ato mungkin AC di tempat ini sudah tidak bisa lagi melawan panasnya cuaca di luar sana.
Kendaraan kami mulai menyusuri jalan, Tidak ada yg terlalu berubah di luar sana, masih seperti yg dulu. setiap sore di saat ramadan tidak terlalu ramai, berbeda di pagi dan siang hari ato setelah berbuka dan selesai tarawih, kendaraan-kendaraan seperti tumpah ruah di jalan. Macet di bulan puasa bukan hal yg aneh di negeri ini, mungkin juga sudah menjadi budaya.
Kilasan balik kehidupan mulai menyapa pikiranku. Ramadan tahun pertama aku full di rumah, sesekali memenuhi undangan. Ramadan tahun kedua dan ketiga di kuwait aku duduk dan makan bersama staf-staf kuwait times tuk berbuka dengan menu yg super lengkap dah banyakk, aku tidak pernah bisa menghabiskan porsi bagianku. Kalo sempat dan keadaan tidak mendesak serta mas kukuh di rumah sesekali aku pulang. Saat di kantor aku lebih sering berbuka dengan staff non muslim. Muslim atapun tidak, siapapun yg masih berada di kantor pasti mendapatkan jatahnya tersendiri bahkan tidak ada beda dari menu yg di sajikan. Walopun mereka tidak puasa mereka begitu amat sangat menghormati kami.
Aku ingat waktu salah seorang temenku Jowel bagian composer sudah begitu amat sangat ingin merokok, akhirnya dia ngumpet di toelet hanya untuk menikmati dua tiga hisapan kegemarannya. Ada lagi yang sudah berasa sangat lapar karna dari tengah hari sudah berada di kantor juga harus menahan makan mereka hingga iftar menjelang, memesan makananpun gak bisa, membawa makanan? mau makan dimana? diapun akhirnya ikut berpuasa juga. Hukum di kuwait menjadi sangat ketat di saat bulan puasa ini. Jangankan terlihat makan di muka umum, merokok saja akan dikenakan sangsi dan denda yang tidak murah. Begitu juga BPOM nya, rajia toko-toko makanan yg menjual barang kadaluarsa serta restoran, bahkan sampai ke pasar ikan tidak luput dari perhatian mereka. Formalin!! tak bernah bergaung di sini, ikan kedapatan busuk saja bisa berurusan dengan aparat para penjualnya.
Pernah terbayang, gimana seandainya di negara kita BPOM nya seperti ini yah, mungkinkah para wartek banyak yg gulung tikar? mungkinkan para penjual ikan ayam daging dan sejenisnya harus ngurut-ngurut dada? mungkinkah..mungkinkah..mungkinkah.. ah sepertinya mereka terlalu sibuk ato terlalu banyak yg harus di urus hingga hal-hal yg di anggap 'sepele' sudah tidak bisa di urus lagi.
Tak terasa perjalanan mendekati tempat tujuan. Hati ini begitu berat, kenangan kenangan itu, moment-moment indah itu seakan menari nari di kepalaku. Jalanan ini 3 bulan yang lalu hampir setiap sore selalu kulewati, jalan tempat aku mengais rezki-Mu ya Allah. Jalan yang menghantarkanku bertemu dengan orang2 yang sangat luar biasa yang datang dari negara-negara berbeda agama, budaya dan bahasa.
Akhirnya kami sampai juga, kubenahi posisi Rafa di gendonganku, kuselipkan tas coklat di bahuku, kumantapkan hatiku Aku harus kuat, dan aku pasti kuat.
Kupandangi lekat-lekat bangunan di depanku, dua setengah tahun yang lalu gedung ini masih sebatas kerangka dan pondasi dengan adukan semen di mana-mana. Para tukang yang terlihat serius dengan pekerjaannya. Aku juga sering melihat pria Arab besar sesekali mengontrol keadaan bangunan ini.
Yah, dua setengah tahun yang lalu pula sebelum itu, tepatnya di akhir bulan Desember, seorang perempuan dengan logat bahasa ingris yang sangat pasih menelponku. Betapa sumringahnya aku, lamaranku terjawab, ke esokan harinya aku diminta datang untuk wawancara. Kembali aku menghubungi ka Ayat tuk mengingatkanku kemmbali rumus2 yang satu tahun sudah aku tinggalkan yang nyaris hilang di memoryku.
hari itu pun tiba, baju terbaik aku kenakan. Mahmud, mba Nurul, dan mas kukuh ikut mengantarku. Kami sempat berputar-putar karna belum begitu hapal dengan jalanan di daerah yang mereka tujukan. 808080, gedung kami berada tepat di seberang bangunan yang ada tulisan nomer telp itu, sahut resepsionist yang kami ketahui bernama Marlyn menyebutkan ketika kami kembali menanyakan alamat bangunan yang di maksud.
bersambung..
Subscribe to:
Posts (Atom)