Berhubung saya pecinta kuliner dan masuk kategori manusia pemakan segala kecuali makan teman (insha Allah, doain ya saya tetap aman dan terkendali...) maka salah satu dan banyak group yang sering saya tongkrongin berbau-bau makanan. Dari sana kita akan mendapat informasi jajanan dari yang kekinian sampai ke-konoan.
Jadi beberapa waktu yang lalu, ada seorang anggota share foto nasi liwet komplit dengan harga Rp 30.000. Ia mendapat komentar beragam yang dapat saya simpulkan 18 dari 20 orang yang berpendapat bahwa makanan itu kemahalan. Kemudian banding-bandingin dengan lapak lapak sebelahnya seharga Rp 5.000-Rp 10.000.
Sebagai informasi, nasi liwet khas dari kota Solo komplit terdiri dari Nasi gurih, ayam opor, tahu bacem, telur areh, areh santan kental dan sayur labu jipan ditambah kerupuk karak. Biasanya di sajikan di atas lembaran daun pisang atau yang lebih terkenal dengan sebutan pincuk.
Nasi liwet Solo sering dijadkan santapan makan pagi atau malam hari. Biasa di temui di emperan jalan atau warung-warung lesehan. Harganya variatif. Branding bisa membuat harganya di atas rata-rata juga kualitas rasa tentunya. Yang paling terkenal adalah Nasi Liwet Wongso Lemu daerah Keprabon. Sudah banyak yang bahas di google. Yang pasti nasi liwet wongso lemu banyak dan mereka jejeran aka berdampingan. Siapa yang beneran asli, saya kurang tahu. Semua tenda menyebutkan asli. Sepertinya mereka masih satu garis keturunan, mungkin sodaraan.
Bagi turis local ataupun luar tidak ada salahnya bertanya harga sebelum memesan. Bertanya lebih dahulu jauh lebih mulia ketimbang nyinyir belakangan. Kecuali sudah mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan salah satunya berasa nyesek di kantong. Tidak usah malu, lha wong kita mau beli bukan minta apalagi ngerampok.
Range harga standarisasi nasional untuk wilayah Solo dalam tahap aman memang sekitar Rp 10.000-Rp 20.000. Di bawah dari pada itu ia masuk kategori murah, dan di atas dari itu siap-siap saja di nyinyirin netizen.
Balik lagi ke foto yang di share oleh salah satu costumer tentang nasi liwet itu, ia cuman bilang, "Enak, bumbunya meresap sampai ke dalam." Lha dalah banyak banget yang menghujat yang lebih di arahkan ke warung bersangkutan plus kok mau-maunya beli di sana. Astaga, lha wong yang beli aja adem ayam kok situ yang protes. Kan tinggal pilih, suka lanjutkan nggak suka ya cari yang lain. Segampang itu sebenarnya sodara-sodara. Pedagang berhak menentukan harga dan sebagai costumer berhak untuk bertanya terlebih dahulu kemudian sepakat untuk beli ataupun pergi.
Jangan zalimi pedagang sesama penduduk indonesia. Lha wong harga pizza Rp 100.000 tidak ada yang protes kan? Beli kopi Rp 50.000 segelas juga kalian anteng-anteng saja. Hayolah ... kita hidup di era jaman digital, tinggal searcing di google udah banyak rekomendasi tempat-tempat yang patut dikunjungi dan patut dijadikan museum purbakala. Walau tentu segala rekomendasi kadang ada keberpihakan dan kepentigan yang berlaku tentunya.
Mau aman dan nyaman liburan khususnya ke kota Solo, carilah teman yang sudah bertahun-tahun tinggal di kota ini. Misalnya saya. Masih, syarat dan ketentuan berlaku tentunya :p
Jadi beberapa waktu yang lalu, ada seorang anggota share foto nasi liwet komplit dengan harga Rp 30.000. Ia mendapat komentar beragam yang dapat saya simpulkan 18 dari 20 orang yang berpendapat bahwa makanan itu kemahalan. Kemudian banding-bandingin dengan lapak lapak sebelahnya seharga Rp 5.000-Rp 10.000.
Sebagai informasi, nasi liwet khas dari kota Solo komplit terdiri dari Nasi gurih, ayam opor, tahu bacem, telur areh, areh santan kental dan sayur labu jipan ditambah kerupuk karak. Biasanya di sajikan di atas lembaran daun pisang atau yang lebih terkenal dengan sebutan pincuk.
Nasi liwet Solo sering dijadkan santapan makan pagi atau malam hari. Biasa di temui di emperan jalan atau warung-warung lesehan. Harganya variatif. Branding bisa membuat harganya di atas rata-rata juga kualitas rasa tentunya. Yang paling terkenal adalah Nasi Liwet Wongso Lemu daerah Keprabon. Sudah banyak yang bahas di google. Yang pasti nasi liwet wongso lemu banyak dan mereka jejeran aka berdampingan. Siapa yang beneran asli, saya kurang tahu. Semua tenda menyebutkan asli. Sepertinya mereka masih satu garis keturunan, mungkin sodaraan.
Bagi turis local ataupun luar tidak ada salahnya bertanya harga sebelum memesan. Bertanya lebih dahulu jauh lebih mulia ketimbang nyinyir belakangan. Kecuali sudah mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan salah satunya berasa nyesek di kantong. Tidak usah malu, lha wong kita mau beli bukan minta apalagi ngerampok.
Range harga standarisasi nasional untuk wilayah Solo dalam tahap aman memang sekitar Rp 10.000-Rp 20.000. Di bawah dari pada itu ia masuk kategori murah, dan di atas dari itu siap-siap saja di nyinyirin netizen.
Balik lagi ke foto yang di share oleh salah satu costumer tentang nasi liwet itu, ia cuman bilang, "Enak, bumbunya meresap sampai ke dalam." Lha dalah banyak banget yang menghujat yang lebih di arahkan ke warung bersangkutan plus kok mau-maunya beli di sana. Astaga, lha wong yang beli aja adem ayam kok situ yang protes. Kan tinggal pilih, suka lanjutkan nggak suka ya cari yang lain. Segampang itu sebenarnya sodara-sodara. Pedagang berhak menentukan harga dan sebagai costumer berhak untuk bertanya terlebih dahulu kemudian sepakat untuk beli ataupun pergi.
Jangan zalimi pedagang sesama penduduk indonesia. Lha wong harga pizza Rp 100.000 tidak ada yang protes kan? Beli kopi Rp 50.000 segelas juga kalian anteng-anteng saja. Hayolah ... kita hidup di era jaman digital, tinggal searcing di google udah banyak rekomendasi tempat-tempat yang patut dikunjungi dan patut dijadikan museum purbakala. Walau tentu segala rekomendasi kadang ada keberpihakan dan kepentigan yang berlaku tentunya.
Mau aman dan nyaman liburan khususnya ke kota Solo, carilah teman yang sudah bertahun-tahun tinggal di kota ini. Misalnya saya. Masih, syarat dan ketentuan berlaku tentunya :p