Aug 16, 2007

Sang Jawara

A true story, 9 years ago..di sebuah perkampungan kecil di kalimantan selatan

Bendera merah putih mulai terpasang di hampir setiap halaman penduduk desa, yang lebih mampu mulai menghiasi rumah mereka dengan lampu berwarna warni, indahnya...


Ini tak berlaku untuk rumah kami, tak ada yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya, tetap sederhana. melihat segala pernah pernik itu membuat desaku terasa sungguh meriah. Pemuda-pemuda mulai sibuk membuat gapura, memasang umbul-umbul bertemakan merah putih serta perlengkapannya.

Puncak perayaanpun tiba, pagi hari di sambut dengan Apel bendera di lapangan terbuka 17mei di pusat kota di hadiri bupati dan wakilnya, pejabat serta kroni-kroninya tentu para guru-guru kami juga. Diakhir acara di hibur beberapa kesenian tradisional.

Disiang hari di kampung kami nyaris semua penduduk tak berbataskan umur tumpah ruah di sebuah halaman yang cukup luas. Terlihat Pohon pinang berlumurkan oli bekas di puncaknya terdapat beragam hadiah yg cukup mempesona. Tidak jauh dari pohon itu bergelantungan beberapa buah pepaya yang juga di lumuri oli bekas di tancapkan disekelilingnya recehan uang ratusan dan limapuluhan rupiah. Hadiah-hadiah lain berbungkus rapi layaknya kado pernikahan tlah siap di beberapa meja.

kalu ada yg tanya apa yang ingin kulakukan saat itu? maka dengan spontan aku menjawab 'aku mau ikutan panjat pinang' sayang karna ke-gander-an ku aku harus menguburnya. Tinggal di desa membuat aktivitas seorang perempuan berkecimpung seputar rumah dan dapur saja, yg sedikit berpunya tentu akan menyekolahkan anak-anaknya. kalau sering keluar akan mendapat cap kurang baik yang kerjanya keluyuran saja. D iacara Agustusan yang katanya perayaan kemerdekaan dimana awal saat itu para penjajah tlah angkat kaki dari negara kita bagi kami hanya simbol semata, kami hanya jadi penonton, beruntung kami masih dibolehkan menonton, ato mungkin yg pengen ikutan Agustusan (baca panjat pinang) itu cuman aku saja yah.. hemm mungkin..

Dibuka dengan sambutan Pak lurah alakadarnya tentu tanpa pemotongan pita segala dan...let's..do..it...eh ini kata saya saja.

Sesaat para penduduk melupakan segala rutinitasnya, bebannya, masalahnya, berbaur menonton suguhan atraktif dan berbagai permainan dari para peserta. Ada yang pamer kesaktian dengan memakan beling kaca, tapi mereka sedang tidak main kuda lumping yg biasanya kesurupan itu, tau darimana? karna gak ada kuda lumpingnya, mereka masih sadar dan masih bisa di ajak berbicara. Salah satu peserta malah keliatan mengeluarkan darah dari bibirnya ketika mengunyah kaca dari bekas lampu neon, mungkin dia salah ketika mengucapkan mantranya begitu pikirku.

Diantara puluan peserta itu Shahrul atau yg akrab di sapa Arul terlihat lebih mempesona. Bocah yg menurut tebakanku berumur sekitar 10tahunan itu terkenal nakal di kampungku, jujur aku tak begitu mengenal pasti tentang dia karna rumahnya cukup jauh dari tempat tinggalku, yg ku tau Arul anak yatim. Dia tinggal bersama dua sodara perempuan dan seoranga nenek yang sudah tua renta, tentang ibunya aku tak begitu mengerti kata tetangga masih ada. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari cucunya yang masih aktif bersekolah, nenek Arul bekerja sebagai tukang pijit di desa.

17an adalah moment yang sangat penting buat Arul, lebih mudah baginya mendapatkan rejeki bisa bantu nenek walau hanya cukup beli beras beberapa liter saja. Hampir semua perlombaan diikutinya, semangatnya patut diacungi ribuan jempol. ketika permainan lomba balap karung, Arul sempat terjatuh dan terluka, "Arul..Arul..Arul..." teriakan soport dari para pansnya seperti membuatnya lupa dengan kesakitannya, dengan cepat Arul bangkit dan melanjutkan perjuangannya.

Diperlombaan makan kerupuk dia menyantapnya dengan sangat lahap, dia makan kerupuk yang paling banyak. Arul memang selalu juara dan menjadi Jawara. ketika lomba ngambil uang di pepaya menggunakan mulut dengan tangan terikat bukan penghalang bagi dia, Arul kembali berhasil mengantongi uang yg lebih banyak dari perserta lainnya. Disimpan di kantong celananya yang sudah terlihat butut.

Arulpun tak kalah semangatnya untuk segera menaiki pohon pinang dengan hadiah-hadiah di puncak yang menggiurkan matanya. Tapi panitia belum membolehkan peserta lomba menaikinya, karna acara panjat pinang adalah acara puncak, setelah semua lomba selesai baru akan di mulai.

Disaat bersamaan ada juga lomba joget bersama. Joget yang paling heboh dan lucu dialah pemenangnya. lagi-lagi Arul menjadi juara. Ada dua lomba lagi sebelum puncak yakni tarik tambang dan lomba karaoke. Dengan semangat Pancasila Arul ikutan tarik tambang dengan dua orang temannya. Satu group terdiri dari 3 orang. Seorang panitia berdiri di tengah-tengah tambang, setelah meniup peluit 2 group peserta saling adu kekuatan. Arul memang yang paling kecil dan paling muda namun dia peserta yang paling tinggi semangatnya. Arul dan kedua temannya sekuat tenaga menyeret lawan hingga menyentuh garis finish, mereka berhasill..horayyy...Disaat bersamaan Arul roboh dia jatuh tersungkur. Beberapa orang membawanya keluar arena.

Sejenak kami menonton pertandingan tanpa Arul, tapi perlombaan terus berlanjut. kali ini tarik tambang di ikuti orang-orang yg sudah tua, lucu juga saat mereka adu kejantanan. Setelah itu lomba karaoke di panggung yg di buat asal, unjuk kebolehan, apalagi bagi yg berminat jadi biduan tentu ajang ini bisa jadi jalan pembuka, sapa tau ada produser liat hasil rekaman bajakannya hahahha..mimpi kali yee..

Beberapa saat kemudian seorang perempuan naik ke pentas, diambilnya micropon perlahan yang telah disediakan panitia. Sekilas dia nampak ragu, bisa jadi dia nervouse begitu batinku. Penonton mulai menghujani tatapan padanya, tak ada satupun yg tidak melihatnya, maklum satu-satunya 'peserta' wanita, berani juga dia yah... Pelan-pelan namun pasti dia memberanikan diri tuk bersuara "assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh" ucapnya dengan menundukkan kepala. Spontan di jawab penonton "WAALAIKUM SALAM WARAHMATULAHIN WABARAKATUH...."

Perempuan muda itu terlihat menarik napas panjang dan dengan masih menundukkan kepalanya "innalillahi waina ilaihi raziun...tlah berpulang kerahmatullah adik kami Arul pada hari ini pukul 4 sore, demikian pemberitahuan dari kami,wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh." Ya benar perempuan muda itu adalah kakaknya Arul, Segera dia kembali menaruh mic dan berlalu meninggalkan pentas. Sesaat kami terhenyak, saling tatap dan saling tak percaya. Arul yang beberapa menit lalu masih ceria, masih tertawa, masih begitu lekatnya di mataku betapa gigihnya dia mengikuti berbagai perlombaan sekarang telah tiada. Saat itu tentu malaikat-malaikat sedang bersiap-siap mengambil nyawanya, namun kami tak merasakan apa-apa. Arul jatuh tepat di hadapanku, detik-detik itu masih begitu basah..tarik tambang itu ternyata menghantarkan nyawanya kembali ke pangkuan Sang Khalik. Ya Allah sungguh Engkau Maha segala-galanya, Engkau pemilik kuasa, penentu segala hidup dan mati kami semua.

Musik hiburan segera di matikan, perlombaan langsung di hentikan. Sejenak suasana terasa hening. Panitia langsung mengumumkan kepada kami semua sisa hadiah akan di lelang dan si sumbangkan kepada keluarga Arul. Panitia lainnya mengambil tangga dan menurunkan semua hadian di puncak pohon pinang. Dengan cepat semua hadian terjual, tak sungkan-sungkan mereka merogoh kocek yg lumayan besar saat itu. Panitian mulai menghitung-hitung jumlah uangnya.

Setelah itu berbondong-bondong kami menuju rumah Arul. Sekitar 300meter dari tempat berlangsungnya acara. Sudah ada beberapa orang di sana. Aku mencoba menerobos kerumunan di dalam rumah mungil itu. Inilah kali pertama aku melihat sosok jasad yang tlah di tinggalkan rohnya. Tubuh Arul terlihat kaku, kulitnya menguning, Arul benar-benar tlah tiada. Dari kerabatnya ku ketahui seharian itu Arul hanya makan mie dan minum panta saja. Jangan bayangin panta saingannya miranda ato coaccola itu, panta di sini adalah minuman manis yg biasa di racik penduduk lokal, harganyapun murah meriah mungkin 50rupiah segelasnya.

Arul..damailah engkau di sana, umurmu yg masih muda smoga membawamu langsung ke surga.

Dirgahayu bangsaku, dirgahayu negeriku..semoga semangat Arul akan selalu tumbuh di hati yg pernah melihatnya dan juga membacanya :)

6 comments:

Bakhrian said...

MERDEKA lagi deh...

Anonymous said...

wah so sad. semoga arul bahagia di sana.

thank you forsharing your story ya raida.

maknyak
http://serambirumahkita.blogspot.com

Haris Firdaus said...

wah, seru ya tujuh belasan di sn. di kampungku biasa aja tu. gak semangat kayak gt

Raida said...

bakhriansyah;
MERDEKAAAAA..

maknyak;
met datang di 'rumah' sayaa maknyak...

haris;
dulu sih, gak tau sekarang, semenjak kejadian itu masih ada gak yah, mungkin di pindahkan tempatnya.

Anonymous said...

mungkin, arul jg sudah 17-an di sana ya, da.

Anonymous said...

terharu bacanya
mudah2an, seperti kata bu juri, arul bisa menikmati pinang dan lomba 17an nya di alam sana...amin...

salam kenal..
tulisan yg bagus mbak