Pernah ngamen di perempatan? Saya belum, dan bisa di bayangkan belum tentu dapat uang recehan. Tapi bukan itu intinya, lebih terpikir berapa mili sunblock yang akan di pakai untuk melindungi kulit dari sengatan matahari? Kalau malam hari malah dikira mau jual diri. Pernah juga suatu ketika baju inceran harganya Rp 99.900. Gegara kurang 100 perak batal menukarkan voucer 50 rb, menyebalkan sekali bukan?
Saat pemerintah mengeluarkan kebijakan dan himbawan untuk kantong plastik berbayar, saya termasuk berdiri di barisan paling depan turut mendukung program ini *bawa spanduk bertuliskan Selamatkan Celengan kita*. Tidak terlalu ambil pusing siapa yang akan di untungkan, tapi lebih fokus pada tujuan mulia dan dampaknya pada lingkungan.
Dari lahir hingga kelak tiada, kita bergantung padanya, berterimakasih saja mungkin tidak cukup. Masih banyak yang mempersoalkan kalau plastik minyak, sabun dan sodara-sodaranya jauh lebih susah terurai, betoelll dan saya sangat setuju, tapiiii... bukannya plastik tersebut di komunitas orang -orang kreatif *maaf saya termasuk yang kurang kreatif* bisa di buat aneka keranjang, kerajinan, pot taneman dan masih banyak lagi, tentunya menghasilkan tambahan ekonomi.
Bagaimana dengan plastik belanjaan? Menurut pantauan astronomi dari kelas fisika dan kimia yang dua duanya dapat nilai nyungsep , nyaris semua plastik loreng, itam, merah kuning hijau di langit yang biruu... itu, berakhir di penampungan sampah, atau mampir di tukang sayur buat di pakai lagi kalau ada yang belanja. Dan di beberapa industri, di olah kantong plastik lagi di mana sebagian kantong itu untuk membungkus makanan yang biasa kita makan entuuu... iyaaa yang itu tuhh, tau dwunkkk kontaminasi plastik daur ulang saat tersentuh makanan panas?
Nah kalau semua orang udah ngga makai kantong plastik lagi, bagaimana nampung sampahnya? beli lagi juga ujung ujungnya. Tidak harus, karna dibeberapa tempat sudah nerapin penggolongan sampah berdasarkan jenisnya? Lagian kalau beli plastik kiloan jatuhnya juga lebih murah, 4500/kilo tuh di sebelah rumah saya ada yang jual. Trus juga di pasar tradisional masih make kantong gratisan. Hitunglah sekilo ada berapa lembar, banyakkkkkk bangettttts.
Mungkin satu dua tahun ini tidak berasa tapi lihatlah 10 atau 20 tahun yang akan datang. Semoga alam tetap terjaga baik untuk tempat anak cucu kita. Bagi yang masih jomblo, anak cucunya bisa ngadopsi dulu.
200 rupiah bagi sebagian orang mungkin tak berharga, namun saya termasuk orang yang tidak ikhlas mengeluarkan 200 rupiah untuk sesuatu yang akan terbuang percuma.
Saat di negara-negara maju lebih dulu menerapkan, mengapa kita tidak?
#OneDayOnePost
Saat pemerintah mengeluarkan kebijakan dan himbawan untuk kantong plastik berbayar, saya termasuk berdiri di barisan paling depan turut mendukung program ini *bawa spanduk bertuliskan Selamatkan Celengan kita*. Tidak terlalu ambil pusing siapa yang akan di untungkan, tapi lebih fokus pada tujuan mulia dan dampaknya pada lingkungan.
Dari lahir hingga kelak tiada, kita bergantung padanya, berterimakasih saja mungkin tidak cukup. Masih banyak yang mempersoalkan kalau plastik minyak, sabun dan sodara-sodaranya jauh lebih susah terurai, betoelll dan saya sangat setuju, tapiiii... bukannya plastik tersebut di komunitas orang -orang kreatif *maaf saya termasuk yang kurang kreatif* bisa di buat aneka keranjang, kerajinan, pot taneman dan masih banyak lagi, tentunya menghasilkan tambahan ekonomi.
Bagaimana dengan plastik belanjaan? Menurut pantauan astronomi dari kelas fisika dan kimia yang dua duanya dapat nilai nyungsep , nyaris semua plastik loreng, itam, merah kuning hijau di langit yang biruu... itu, berakhir di penampungan sampah, atau mampir di tukang sayur buat di pakai lagi kalau ada yang belanja. Dan di beberapa industri, di olah kantong plastik lagi di mana sebagian kantong itu untuk membungkus makanan yang biasa kita makan entuuu... iyaaa yang itu tuhh, tau dwunkkk kontaminasi plastik daur ulang saat tersentuh makanan panas?
Nah kalau semua orang udah ngga makai kantong plastik lagi, bagaimana nampung sampahnya? beli lagi juga ujung ujungnya. Tidak harus, karna dibeberapa tempat sudah nerapin penggolongan sampah berdasarkan jenisnya? Lagian kalau beli plastik kiloan jatuhnya juga lebih murah, 4500/kilo tuh di sebelah rumah saya ada yang jual. Trus juga di pasar tradisional masih make kantong gratisan. Hitunglah sekilo ada berapa lembar, banyakkkkkk bangettttts.
Mungkin satu dua tahun ini tidak berasa tapi lihatlah 10 atau 20 tahun yang akan datang. Semoga alam tetap terjaga baik untuk tempat anak cucu kita. Bagi yang masih jomblo, anak cucunya bisa ngadopsi dulu.
200 rupiah bagi sebagian orang mungkin tak berharga, namun saya termasuk orang yang tidak ikhlas mengeluarkan 200 rupiah untuk sesuatu yang akan terbuang percuma.
Saat di negara-negara maju lebih dulu menerapkan, mengapa kita tidak?
#OneDayOnePost
11 comments:
betuuull..saya juha setuju ko..1jt ga akan jd 1jt kalo kurang 200rupiah
betuuull..saya juha setuju ko..1jt ga akan jd 1jt kalo kurang 200rupiah
Mantaaap mba. 200 berguna. Di tunggu kunjungan baliknya
Siiiip...betul banget itu Mba. Setuju.
"Mungkin satu dua tahun ini tidak berasa tapi lihatlah 10 atau 20 tahun yang akan datang. Semoga alam tetap terjaga baik untuk tempat anak cucu kita.(Amiiinnn..) Bagi yang masih jomblo, anak cucunya bisa ngadopsi dulu.">>>(hahaha)
like mba.. keren, tentang lingkungan, tentang hal2 remeh yang sejatinya berharga..
Lebih baik buat di masukkan tabungan ya mba Raida, hehe
"Mungkin satu dua tahun ini tidak berasa tapi lihatlah 10 atau 20 tahun yang akan datang. Semoga alam tetap terjaga baik untuk tempat anak cucu kita.(Amiiinnnnn...) Bagi yang masih jomblo, anak cucunya bisa ngadopsi dulu.">>>(hahahahaha).
like banget mba... tentang lingkungan, tentang hal hal remeh yang sejatinya sangat penting dikemudian hari..
like..
Setuju say..berapapun nominalnya kalo didapat dengan kerja keras akan terasa sangat berharga.
yup... bukan soal 100-200, tapi ini persoalan limbah yg dihasilkan...
Setuju #save celengan kita.. *ehh..😀
Mantap.. Kereennn...
Bawa daypack kmn2 aja :D
Post a Comment