Oleh: Raida
Beberapa
hari belakangan ini, banyak sekali berseliweran hal-hal berbau utang piutang. Rata-rata tumpahan kekesalan mereka
terhadapa para pengutang yang melupakan kewajibannya untuk membayar, sampai marah-marah
ketika ditagih. Miris, tentu saja.
Utang
urusan di dunia saja sudah ribet apalagi sampai bawa-bawa akhirat. Saat ditagih
debt colector saja serem saudara saudara sebangsa setanah air, ini belum
seberapa apabila utang dibawa ke liang lahat. Begitu kata pak Ustad misterius
yang masih tidak mau disebutkan namanya. Pada jaman baginda Rasul, bahkan
nyaris batal menyolatkan janazah yang masih berhutang sebesar 2 dirham.
Tidak sedikit
keluarga retak, hubungan persahabatan hancur gara-gara makhluk tak kasat mata
yang bernama ‘utang piutang’ ini. Bahkan kedua belah pihak menjaga jarak masih karena
utang piutang yang belum kelar.
Sebelum
terjadinya utang piutang dan mencegah hal-hal tidak membahagiakan di masa depan,
sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini. Mungkin saja tidak akurat, tapi
semoga sedikit membantu.
1.
Kalau berutang, niatin
dengan mantap bakalan dibayar, bukan untuk dilupakan apalagi digandakan dan jadi kebiasaan. Kalau tidak mau
bayar ya jangan berutang.
2.
Bukan untuk bayar kreditan.
Karena hanya akan menutup lubang satu dan menggali lubang yang lebih besar. Kemungkinan
besar susah bayarnya, kecuali sebentar lagi dapat warisan. Bagaimana nasib utang
dan barang kreditan? Lepaskan. Jangan memberi kerepotan orang lain dengan
melepaskan kerepotan diri sendiri.
3.
Pastikan calon pemberi utang
adalah orang yang mampu dan orang terakhir dimintain bantuan setelah orang
paling deket (keluarga) tidak bisa memberikan.
4.
Calon pemberi utang
adalah orang yang telah kita kenal baik, bukan baru sebulan dua bulan kenal,
bersikap begitu baik, kemudiaan dengan mudah hati meminta utang padanya. Sungguh
ini tidak elok, walaupun orang tersebut terkenal royal.
5.
Berutang benar-benar
dalam keadaan urgent. Bukan untuk liburan, poya-poya, beli barang mewah dan alasan
yang tidak jelas. Juga bukan biaya anak masuk sekolah. Kenapa? dari jaman ibu
kita kartini sampai jaman emak-emak rempong dan anak-anak alay bermunculan (ya
Allah lindungi anak-anak kami, ammiinnn … ) penerimaan siswa baru itu jadwalnya
sudah ditentukan. Sebagai orang tua yang berusaha baik sudah seyogyanya
mempersiapkan, bukan pas mepet hari kemudian ngerusuhin orang lain. Beda kasus
saat kejadian perkara ada hal-hal lebih urgent terjadi.
6.
Datang dan bicara langsung
(bukan utusan perwakilan) kepada calon pemberi utang dengan sikap ramah
seramah-ramahnya. Namanya juga minta bantuan bukan buat ngerampok. Selalu
persiapkan diri untuk ditolak. Kalau ditolak ojo baperan, apalagi ungkit-ungkit
kisah lalu yang telah ataupaun belum usai juga buka aib orang.
7.
Hindari meminjam hutang
dengan cara mengirim pesan SMS, WA, Bbm, dan sejenisnya. Kalau jarak yang jauh
tetap usahakan bicara langsung. Berutangpun harus ada modal, bagaimana caranya
bisa bicara secara langsung. Kalau mau utang saja tidak mau usaha keras,
bagaimana kelak bayarinnya. Bukankan untuk bayar hutang diperlukan usaha yang
jauh lebih keras.
8.
Hindari pamer liburan,
barang-barang mewah, makanan berkelas selama masih dalam lilitan hutang.
9.
Segera lunasin utang
saat ada kesempatan, walau harus dicicil.
10. Beri kabar secara berkala seumpama belum bisa melunasin utang
dan alasan yang kuat. Jangan sampai si pemberi mengingatkan berkali-kali, dan
terkesan mengemis.
11. Sekecil dan sedekat apapaun, lakukan bukti atau pencatatan
yang dihadiri beberapa saksi. Setidaknya kedua belah pihak telah mengetahui
pencatatan tersebut.
12. Tidak bisa memberikan pinjaman? Bersikap dan berkatalah yang
baik-baik saja. Berikan alasan dan tidak dibuat-buat apalagi sampai melukai
hati mereka Sudah cukup kesusahan yang mereka alami janganlah ditambahi dengan
kata-kata kasar apalagi melebar kemana-mana.
13. Si pengutang melupakan tanggungannya tapi sebenarnya
hidupnya tidak susah susah amat? Beri peringatan. Ini juga salah satu cara kita
menyayangi mereka. Minimal sampai 3 kali. Bila tidak ada etikad baik,
ikhlaskan. Bukan ikhlaskan hutang mereka, tapi ikhlaskan biar semua menjadi
urusan dia sama Tuhannya.
14. 95% pemberi utangan
tidak melupakan utangan mereka. Jika mereka tidak menangih dan tidak pernah
mengungkit, lebih dikarenakan pekewoh/tidak enak hati.
15. Telah berlangsung lama dan si pengutang dalam keadaan bangkrut,
sakit-sakitan bahkan buat makan sehari-hari saja susah, dan utang mereka tidak memberatkan
kehidupan pemberi utang? Ringankan. Bisa dikurangin atau dilepaskan.
16. Si peminjam tidak beretika ketika ingin berutang? tenggelamkan saja, alias abaikan.
16. Si peminjam tidak beretika ketika ingin berutang? tenggelamkan saja, alias abaikan.
Sekian dan terima
gaji.
n/b: Mohon kalau
saya masih ada utang, segera ingatkan. Terima kasih. Salam damai dan cinta :)
No comments:
Post a Comment