Feb 19, 2018

Etika Berutang


Oleh: Raida

            Beberapa hari belakangan ini, banyak sekali berseliweran hal-hal berbau utang  piutang. Rata-rata tumpahan kekesalan mereka terhadapa para pengutang yang melupakan kewajibannya untuk membayar, sampai marah-marah ketika ditagih. Miris, tentu saja. 

Utang urusan di dunia saja sudah ribet apalagi sampai bawa-bawa akhirat. Saat ditagih debt colector saja serem saudara saudara sebangsa setanah air, ini belum seberapa apabila utang dibawa ke liang lahat. Begitu kata pak Ustad misterius yang masih tidak mau disebutkan namanya. Pada jaman baginda Rasul, bahkan nyaris batal menyolatkan janazah yang masih berhutang sebesar 2 dirham.

Tidak sedikit keluarga retak, hubungan persahabatan hancur gara-gara makhluk tak kasat mata yang bernama ‘utang piutang’ ini. Bahkan kedua belah pihak menjaga jarak masih karena utang piutang yang belum kelar.

            Sebelum terjadinya utang piutang dan mencegah hal-hal tidak membahagiakan di masa depan, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini. Mungkin saja tidak akurat, tapi semoga sedikit membantu.

1.      Kalau berutang, niatin dengan mantap bakalan dibayar, bukan untuk dilupakan apalagi  digandakan dan jadi kebiasaan. Kalau tidak mau bayar ya jangan berutang.
2.      Bukan untuk bayar kreditan. Karena hanya akan menutup lubang satu dan menggali lubang yang lebih besar. Kemungkinan besar susah bayarnya, kecuali sebentar lagi dapat warisan. Bagaimana nasib utang dan barang kreditan? Lepaskan. Jangan memberi kerepotan orang lain dengan melepaskan kerepotan diri sendiri.
3.      Pastikan calon pemberi utang adalah orang yang mampu dan orang terakhir dimintain bantuan setelah orang paling deket (keluarga) tidak bisa memberikan. 
4.      Calon pemberi utang adalah orang yang telah kita kenal baik, bukan baru sebulan dua bulan kenal, bersikap begitu baik, kemudiaan dengan mudah hati meminta utang padanya. Sungguh ini tidak elok, walaupun orang tersebut terkenal royal.
5.      Berutang benar-benar dalam keadaan urgent. Bukan untuk liburan, poya-poya, beli barang mewah dan alasan yang tidak jelas. Juga bukan biaya anak masuk sekolah. Kenapa? dari jaman ibu kita kartini sampai jaman emak-emak rempong dan anak-anak alay bermunculan (ya Allah lindungi anak-anak kami, ammiinnn … ) penerimaan siswa baru itu jadwalnya sudah ditentukan. Sebagai orang tua yang berusaha baik sudah seyogyanya mempersiapkan, bukan pas mepet hari kemudian ngerusuhin orang lain. Beda kasus saat kejadian perkara ada hal-hal lebih urgent terjadi.
6.      Datang dan bicara langsung (bukan utusan perwakilan) kepada calon pemberi utang dengan sikap ramah seramah-ramahnya. Namanya juga minta bantuan bukan buat ngerampok. Selalu persiapkan diri untuk ditolak. Kalau ditolak ojo baperan, apalagi ungkit-ungkit kisah lalu yang telah ataupaun belum usai juga buka aib orang. 
7.      Hindari meminjam hutang dengan cara mengirim pesan SMS, WA, Bbm, dan sejenisnya. Kalau jarak yang jauh tetap usahakan bicara langsung. Berutangpun harus ada modal, bagaimana caranya bisa bicara secara langsung. Kalau mau utang saja tidak mau usaha keras, bagaimana kelak bayarinnya. Bukankan untuk bayar hutang diperlukan usaha yang jauh lebih keras. 
8.      Hindari pamer liburan, barang-barang mewah, makanan berkelas selama masih dalam lilitan hutang.
9.      Segera lunasin utang saat ada kesempatan, walau harus dicicil.
10.  Beri kabar secara berkala seumpama belum bisa melunasin utang dan alasan yang kuat. Jangan sampai si pemberi mengingatkan berkali-kali, dan terkesan mengemis.
11.  Sekecil dan sedekat apapaun, lakukan bukti atau pencatatan yang dihadiri beberapa saksi. Setidaknya kedua belah pihak telah mengetahui pencatatan tersebut.
12.  Tidak bisa memberikan pinjaman? Bersikap dan berkatalah yang baik-baik saja. Berikan alasan dan tidak dibuat-buat apalagi sampai melukai hati mereka Sudah cukup kesusahan yang mereka alami janganlah ditambahi dengan kata-kata kasar apalagi melebar kemana-mana.
13.  Si pengutang melupakan tanggungannya tapi sebenarnya hidupnya tidak susah susah amat? Beri peringatan. Ini juga salah satu cara kita menyayangi mereka. Minimal sampai 3 kali. Bila tidak ada etikad baik, ikhlaskan. Bukan ikhlaskan hutang mereka, tapi ikhlaskan biar semua menjadi urusan dia sama Tuhannya.
14.  95%  pemberi utangan tidak melupakan utangan mereka. Jika mereka tidak menangih dan tidak pernah mengungkit, lebih dikarenakan pekewoh/tidak enak hati.
15.  Telah berlangsung lama dan si pengutang dalam keadaan bangkrut, sakit-sakitan bahkan buat makan sehari-hari saja susah, dan utang mereka tidak memberatkan kehidupan pemberi utang? Ringankan. Bisa dikurangin atau dilepaskan. 
16. Si peminjam tidak beretika ketika ingin berutang? tenggelamkan saja, alias abaikan.
Sekian dan terima gaji.

n/b: Mohon kalau saya masih ada utang, segera ingatkan. Terima kasih. Salam damai dan cinta :)

No comments: