Aug 19, 2007

Karna ku tak mengerti

"ayo maen ke rumahku" ajak salah satu temen akrab se almameter denganku.

"malu ah, takut aku" jawabku cengengesan

"takut kenapa? mereka gak galak kok" temenku meyakinkan

"takut aja penampilanku kan preman, entar mereka kira apaan lagi"

"ah nyantei aja, ada temenku tuh yg dulu sering maen kerumahku tapi karna dah jarang ibuku selalu menanyakan, kok dia gak pernah maen lagi, aku kan pengen ngenalin kamu ma keluargaku juga"

"beneran, ibumu sampai nanyain gitu"

"iyah" jawabnya mantab

"insya Allah yah..tapi tidak dalam waktu deket ini" kataku mengiyakan

Jauh dari rumah tentu jadi kangen keluarga, pa lagi di masa jaman-nya kos2an ada sebuah keluarga yg menawariku tuk maen2 ke rumahnya membuatku senang sekali. Tapi aku masih ragu2 karna aku mang org nya kadang masih susah beradaptasi.

Akhirnya akupun janjian maen ke rumahnya. Gak tanggung2 bersama sodaranya mereka menjemputku. Aku datang tepat di jam makan siang, berkumpul disana bersama ayah bundanya, aku masih merasa sangat kikuk sekali. Mereka sangat welcome denganku, dan yg sangat membuatku terharu mereka menjamuku dengan sajian yg bagiku kala itu termasuk mewah, ada gulai kambing, sayur beranega ragam, dan hidangan penutup lainnya. Ditempatku masak gulai kambing itu sangatttt jarang sekali kecuali ada acara special semacam akikahan anak gitu, pa lagi harga daging kambing yg mahal tentu ngeluarin gocek yg tidak sedikit.

Kami bercanda bersama di jamuan itu, aku sangat berterima kasih sekali di pertemukan dengan keluarga itu, acarapun di sambung dengan nginap bersama, sebuah kasur dengan seprey yg seperti baru berganti tlah di siapkan untukku..

Karna pandangan pertama itu akupun jadi terlena, aku jadi sering maen kerumahnya dan bercanda bersama adik2 nya juga orang tuanya. Di saat liburanpun kadang aku gak pulang kampung tuk ngemat biaya, aku menghabiskan liburanku di rumah temenku yg baek hati itu.

musibah menimpa keluarga temenku, aku tak bisa bantu apa2 selain doa saja, dan bodohnya aku masih pula sering berkunjung ke sana, maksud hati apapun yg terjadi dengan mereka aku masih tetap seperti yg dulu. sikap mereka yg mulai berubahpun tidak begitu aku pedulikan, aku pikir wajar mereka begitu mereka masih berduka. Sampai suatu hari tak sengaja ku denger pembicaraan orang tuanya dengan temenku "barusan kemaren raida nginap di rumah kok mau nginap lagi" derrrrrrr...... serasa ada batu yg menghantam dadaku, ingin ku berlari sejauh mungkin saat itu juga..ingin ku maki diriku sendiri yg bener2 tak tau diri ini..aku sedih sekali...dan aku tersadar..aku bukan siapa2 buat mereka, aku tak ada hubungan apa2 dengan mereka hanya sebatas temen..tidak..tidak lebih dari itu..

aku kembali ke kamar yg pernah di sediakan untukku, terdiam sejenak..meratapi diri, hari tlah sangat malam sekali tak mungkin bagiku tuk pulang.

Temenku datang tanpa memperlihatkan bahwa sesuatu tlah terjadi di malam itu wajahnya terlihat biasa saja, ku bujuk dia untuk mengatakanya..kalo kamu ingin marah kalo kamu ingin caci maki aku plss lakukan sekarang jangan sembunyikan semua itu dariku, jangan bohongi aku, dan akhirnya diapun mengaku juga namun dengan nada yg sehalus2 nya, aku tau dia tak ingin menyakiti perasaanku. Aku berusaha tetap tersenyum, dan aku yakinkan ini memang kesalahanku.

Semalaman aku tak bisa tidur menunggu segera bergantinya malam..agar ku bisa cepet2 pulang dari tempat itu. Setiap detik terasa lamaaa sekali, dan di saat lelah menyelimuti pikiranku akhirnya aku terlelap juga.

Pagi hari tlah tersedia roti bakar di atas meja makan. Mengingat kata2 itu, berat sekali kerongkonganku tuk menelannya..

pulang kembali ke kosku masih dengan perataban diri yg tidak selesai2 juga..
Anganku jatuh ke dasar perut bumi yg paling dalam..tak henti2nya ku menatap sedih diri sendiri, kuyakinkan diriku lagi mereka memang bukan keluargaku...mereka hanya temen keluargaku..dan akupun ato mereka baru dan belum begitu mengenal satu sama lain.
mungkin ada baeknya kalo ku bawa sesuatu sebelum aku bertandang ke rumah mereka :(
seharusnya, aku tak berharap lebih dari mereka.
seharusnya, aku tak memanfaatkan pa lagi keseringan ke tempat itu, lebih baek sekali2 saja.
seharusnya..yah..seharusnya .. namun aku sudah terlambat, keadaan tak mungkin aku rubah lagi. Mungkin ini yg di bilang udah di kasih hati minta jantung pula.

semenjak itu aku sangat amatttttt jarang sekali kesana, kecuali memang mereka ada acara dan mengundangku datang.

semenjak itu pula karna aku mang senang dan sering merantau di dalam perjalananku sering kali ku temui keluarga-keluarga yg baik hati denganku, menerimaku dan menganggap layaknya keluarga mereka sendiri. Aku sangat senang dan terharu sekali ku doakan semoga mereka di panjangkan umur dan di murahkan rejeki nya selalu. Dan aku akan tetap menanamkan dalam hatiku..aku tak boleh terlena dengan semua itu, aku tak mau kejadian yg lebih parah akan menimpaku, aku tak boleh beraharap lebih.

Rumah yg paling indah..ternyata memang rumah sendiri,
keluarga yg paling bermakna..tentu keluarga sendiri
orang tua yg paling berharga..sudah pasti ibu bapak sendiri

***

sedetik di dalam gulita
kulihat dua bintang bercahaya
diantara redup berselimut senja

aku hanya seorang pendosa
dalam jiwa yang masih berkelana

disetiap untaian doa
kumohonkan beribu bahagia
untukmu 'mama dan abah' di desa

1 comment:

Bakhrian said...

Bujur cil ai...
Dimana-mana memang pada akhirnya keluarga kita yang kita datangi untuk membagi apa yang kita rasakan.

Mereka yang tahu apa yang kita rasa..

Serba salah dengan kondisi yang dialami si Acil ini...
Meninggalkan dikira udah ga peduli lagi...
Terus bertahan di sana... eh aggapannya seperti itu...