May 7, 2016

Hari ke-5: Masih Demam

Keesokan harinya setelah aku lahir, papa dan mama membawaku pulang. Aku masih rewel dan menangis terus. Air susu mama sedikit sekali. Saat itu papa udah menyerah mau dibelikannya aku susu formula. Mama menolak, kalau papa sampai beli berarti usaha mama akan sedikit berkurang. Mama bertekat untuk menyusuiku.

Beruntung ada temen mama yang baik dan perhatian, namanya tante Dita, dia orang pertama yang ngasih suport ke mama untuk terus berusaha. Tante Dita juga yang bilangin ke mama kalau lambungku itu sebenarnya masih kecil sekali, bahkan bayi yang lahirnya sehat mampu bertahan 2x24jam tanpa di beri asi. Kalau aku rewel, karna asi itu mudah sekali di cerna jadi mudah aku serap dan pasti rasanya enakkk banget, rasanya seperti apa yang mama makan.

******

Tanpa sadar akupun terlelap. Jam 5 subuh alarm membangunkanku. Langsung ku kirim pesan lewat bbm
Me: Gimana hasilnya mas?

Tidak terbaca, seharusnya kalau tidak ada antrian panjang hasilnya sudah keluar. Ada apa? Mungkinkah belum keluar. Jam 5.30am suara deru mobil memasuki garasi. Sedikit banyak hatiku langsung bersorak gembira "Alhamdulillah tidak mondok, kemungkinan besar bukan dbd"

Rafa lebih dulu keluar dan duduk di kursi  teras, aku langsung menanyainya "bagaimana? Apa kata dokter?"

"Bukan db dan juga thypus ma" jawab Rafa.

Hatiku semakin sumringah "lha terus apa?"

"Ngga tau" Rafa hanya mengangkat bahunya.
Saat pengambilan darah suhu tubuhnya 38.6 derajat celsius. Dan dia masih aktif juga mau makan dan minum walau sedikit.

Dokterpun bingung, kira-kira apa yang sedang di alami Rafa. Kemudian dia meresepkan puyer diberikan andai saja panasnya tidak kunjung hilang.

*****
"Ma, pegang kepalaku ma, panas juga kaya Aa" pagi-pagi sebelum berangkat sekolah Alfie bikin polah. Punggung tangannya mengisyaratkan padaku untuk memeriksa ke adaannya.

Akupun memegang keningnya, secepat kilat mundur berekspresi kaget "waww.. mama nyetrummm, Fie"

"Jadi dedek libur hari ini ya ma" kata Alfie sembari melempar senyum nakalnya.

"Sakit itu ngga enak, Fie"

"Enakkk.... bisa libur terus" celotehnya menimpali.

"Ngapain punya mainan banyak, duitnya bermilyar-milyar tapi sakit, jangankan sekolah, mainpun susah" jawabku tak mau kalah "mending sehat gini, walau duit seadanya, bisa main puas dan jalan-jalan kemana-mana, tau tidak tadi pagi Aa di ambil darahnya"

"Opooo iyooooo?" mulut monyongnya menyosor seakan meledekku dengan opsi tidak percaya.

"Ayooo kita lihat" kamipun menuju kamar. Rafa masih tertidur pulas. Plestar penutup lukanya masih nampak terlihat. Alfie yang melihat hal tersebut sejenak terdiam.

"Oooooo bener ih..." setelah itu diapun tak berkata-kata, nurut saat aku mulai mempersiapkan keberangkatannya ke sekolah.

#OneDayOnePost
#EdisiCeritaBersambung

No comments: