May 6, 2016

Menjelang hari ke 4: Ketika DBD Melanda Kampungku

Walau tidak begitu besar, gaji papa sangat cukup untuk menghidupi kami dengan layak. Papa juga tidak meminta mama bekerja. Tapi mama ingin membantu papa, membantu keluarga di kalimantan dan tentu saja pengalaman yang tidak akan di dapat di tempat yang lain. Mama ingin punya rumah sebelum aku lahir, agar kami hidup tidak berpindah-pindah seperti mama dulu.

Sehari sebelum aku lahir, mama joging di area pantai, pulangnya mama memilih naek tangga ke lantai 4. Mama berharap aku dapat terlahir normal, lancar dan selamat. Ke esoklan paginya kejutan special itupun tiba, cerita lengkap tentang kalahiranku mama tulis di sini.


*****************

Beberapa bulan yang lalu tidak jauh dari tempat tinggal kami ada seorang anak yang mengalami demam tinggi. Keluarganya telah membawanya ke klinik terdekat, entah apa diagnosa dokter saat itu, yang pasti setelahnya demam si anak mereda. kala itu, di kampung sedang di adakan walimah pernikahan, karena masih tetangga sang ibu turut membantu kelangsungan acara di bagian dapur.

Anaknya yang masih dalam keadaan belum 100persen stabil akhirnya di titipkan sementara kepada sang nenek. Selama di rumah nenek, si anak tertidur pulas. Sepulang dari membantu tetangga sang bunda berniat membawa anaknya pulang. "Bu gimana tole?" Tanyanya untuk meyakinkan keadaan putranya.

"Tidak apa-apa, dari tadi tidurnya sangat pulas" jawab sang nenek.

Namun apa yang terjadi, saat sang bunda mencoba membangunkan, badannya sangat dingin dan terbujur kaku tak bernyawa. Teriakan histeris mewarna rumah keluarga itu. Sang nenek sangat terpukul menyaksikan peristiwa tersebut.

Masih satu wilayah, tidak jauh dari tempat tinggal kami, beberapa tahun yang lalu. Bocah seumuran Rafa, di diagnosa radang tenggorokan, namun kondisinya sangat lemah, selalu tiduran, minumpun kesusahan. Ibunya mengira karena tenggorokan yang bermasalah membuat anaknya kesusahan untuk menelan. Semakin lama kondisinya kian drop . Sempat melewati tahap 'anyep', suhu badannya sangat dingin, namun tiba-tiba panas tinggi, segera dilarikan ke rumah sakit, sayang nyawanya tak tertolong, walau tim medis sudah berusaha sangat maksimal untuk menyelamatkannya.

Kampung kami sebenarnya mempunyai slogan 'bebas demam berdarah', saat pergantian musim apalagi memasuki musim penghujan, beberapa pekan sekali tim kesehatan rutin mengadakan pemeriksaan dari rumah ke rumah penduduk untuk memberikan pengarahan, pencegahan termasuk pemberian zat adt sebagai pembunuh jentik-jentik nyamuk.  Namun ini tidak menutup kemungkinan setiap warga bebas dari penyakit demam berdarah.

Ketika ada warga yang sedang sakit, apalagi sampai mondok sebagai bentuk suport, maka kami berbondong-bondong menjenguk ataupun memberikan dana seikhlasnya tidak peduli keluarga yang sakit itu ekononinya susah ataupun kaya.

Beberapa pekan yang lalupun, tepat sebelah rumah kami, hanya terpisah satu bangunan lagi. Anak tetangga kami yang masih tergolong balita itu juga terkena demam bendarah. Saat di bawa ke Rumah Sakit, kondisinya sangat kritis, beruntung nyawa sang anak dapat di selamatkan.

Anak penjual gorengan langganankupun demikian, positif dbd. Kata bapaknya berbarengan dengan anaknya begitu banyak yang terkena demam berdarah, sampai anaknya tidak kebagian tempat mondok dengan sangay terpaksa menjalani rawat jalan.

Dirumah kami sendiri tidak ada genangan air di bak mandi, aku sengaja mengosongkannya, setiap di isi pasti menjadi kolam renang dadakan bocah-bocah. Kami menggunakan sumur bor yang otomatis tertampung di tandon dan berada nyaris di atas atap rumah. Akupun menanan tumbuh-tumbuhan yang tidak di sukai nyamuk seperti jeruk purut, serai dan jenis lainnya yang baunya cukup menyengat. Untuk tidur selalu kupasangkan kelambu dan siap sedia dengan raket nyamuk. Namun demikian nyamuk selalu ada, apalagi tumpukan barang toko yang silih berganti.

Lindungi dan Sehatkanlah selalu keluarga kami ya Allah...

#OneDayOnePost
#EdisiCeritaBersambung

5 comments:

Na said...

Kasihan anak yang meninggal di rumah neneknya. pasti neneknya terpukul sekali. Bagaimanapun, jika takdir sudah ditetapkan, kematian akan menemukan jalan dan caranya.

Lisa Lestari said...

Tanaman zodiak mb, pengusir nyamuk...

Lisa Lestari said...

Tanaman zodiak mb, pengusir nyamuk...

Ciani Limaran said...

Manusia hanya mampu berusaha...

Nychken Gilang said...

Budayakan 3M. Hehe