Oct 1, 2016

Menumbuhkan minat baca sejak dini

Saya bukan dari keluarga hobi baca. Sejak kecil buku termasuk barang langka, ketersediaannya berada di urutan kesekian setelah urusan pangan sandang papan terpenuhi. Buku yang saya kenal adalah buku pelajaran. Bacaan fiksi penggugah selera adalah majalah bobo, di sewakan oleh teman sebesar Rp 25. Dan inipun saya tak bisa membawanya pulang, karna hanya bisa numpang baca kepada temannya teman yang menyewakan.

Waktu terus berlalu. Saya mulai memahami betapa pentignya membaca. Membaca buku sama dengan mengambil intisari kehidupan seseorang ataupun alam yang telah tersaring dengan sedemian rupa, di bingkai dengan sangat indah hingga berbentuk buku. Saya tidak mau anak-anak mengalami keterlambatan tertarik dengan dunia perbukuan seperti hal orang tuanya di masa silam.

Ketika Rafa lahir  saya mulai mencari-cari buku dongeng. Membacakannya di sela-sela kegiatan terutama pas tidur. Mengajak ke toko-toko buku, pasar loak yang menjual buku bekas, menyediakan buku-buku yang bermanfaat dengan sampul dan gambar yang ceria. Mempersilakannya memilih buku ke sukaan.

Buku mulai terlihat di rumah kami, di atas meja, etalase, kasur, bahkan dapur. Menyisihkan sebagian rejeki untuk membeli buku yang bermanfaat dan di senangi para bocah.

Waktu terus berlalu. Untuk mendapatkan buku sekarang tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Cukup datang ke perpustakaan. Maka ratusan bahkan ribuan buku mungkin bisa kita dapatkan secara gratis.

Hanya buku-buku tertentu saja sekarang saya belikan sebagai koleksi yang sekiranya di baca bisa berulang-ulang. Misalnya Ensiklopedia.

Ibarat menanam, pohon itu mulai tumbuh dan mulai memperlihatkan buahnya walaupun masih sangat ranum. Di usia 8 tahun 2 bulan, untuk pertama kali Rafa, nangkring dan begitu menikmati bacaannya selama 3 jam nonstop. Jeda cuman buat pipis doank dan minum. Sebuah komik Edukasi, Science Up! tentang Kutub utara dan selatan terbitan BIB.

Hari-hari berikutnya, bukan pemandangan asing lagi mendapati dia mojok entah dimana dengan buku kegemarannya. Bahkan buku-buku dengan minim gambarpun mulai di lahapnya. Ada hal lain yang aku perhatikan dan rasakan ketika waktunya banyak di habiskan di buku, yaitu emosinya. Yup, saat tertentu Rafa kadang masih kesulitan mengelola emosi yang meledak-ledak. Namun terlihat sangat jelas, dia mulai terlihat lebih bijaksana mengelola emosinya saat marah ataupun sedih apalagi kalau sedang di tempat umum. Mulai faham dan bisa di ajak bekerja sama dengan baik.

Begitupun Alfie, terlihat menikmati buku yang tersaji. Setiap malam ataupun waktu-waktu tertentu meminta sang emak membacakan buku cerita pilihannya. Begitu antusias saat melihat buku-buku yang baru nyampai, seolah melihat mainan baru di turunkan dari planet lain.

#OneDayOnePost

3 comments:

Ciani Limaran said...

Aiihh... Keren kali emaknyaa...

Wiwid Nurwidayati said...

Keren Kali mbak Raida. Acungi jempol deh

Sasmitha A. Lia said...

Wew.. ka raida mang emak kece..😍😍😍#salam buat rafa ya.. i lop yu..*ehh😄