Sep 22, 2007

Sekotak makanan

Langkah ku ayunkan lebih cepet menyusuri anak tangga, sesekali ku lirik jam di telpom genggamku hanya tuk memastikan bahwa aku tidak telat terlalu lama, aduhh..jam 5 lebihh udah, berkali2 Pak munir selalu mengingatkanku tuk kelar jam 4.45pm. kadang aku merasa serba salah, di lain pihak aku harus menyelesaikan sisa2 pekerjaanku di kantor dan aku ngerasa juga jam segitu terlalu awal, tapi di sisi lain lagi aku juga gak mau bikin Pak Munir telat untuk berbuka puasa di rumahnya, dan di sisi lainnya lagi (hah masih ada) bagaimana caranya aku aku minta Clara, satu jemputan denganku untuk bisa keluar pada jam segitu... kalo udah tubrukan begitu maka aku harus mempersiapkan hati dan telingaku untuk mendengarkan 'nyayian' supir itu yg tentu tidak semerdu suaranya Sami Yusup (jaohh mah), dan biasanya aku males membantahnya, dengerin sajah..beresss yg penting bisa pulang ke rumah dengan selamat, walo kadang juga dia menjadi ngebut di jalanan gara2 ketelatannku itu.

Setelah memasukkan kartu absen pulang di gedung lama aku segera ke depan halaman mencari sosok pak tua tersebut.
Munir: "where is Clara?"
Raida: "yaa.., she will came" jawabku spontan.

rupanya Pak munir gak terlalu sabaran dia naek ke atas nyusul Clara.

Aku menunggu mereka di halaman depan, mataku menangkap sebuah pemandangan yg cukup menarik. beberapa meter seberang kantor tempatku bekerja kulihat beberapa pria sedang berjejer rapi melakukan antrian yg menjurus masuk ke dalam gedung itu panjangnya sekitar 10meteran ato mungkin lebih (karna tentu aku takkan bisa mengukur pastinya P). Walau setahun setengah lebih aku kerja di gedung yg nyaris berseberangan dengan mereka sampai sekarang aku belum tau gedung apakah itu dan mungkin karna akupun tak berusaha mencari tau gedung apa itu.

Sesekali mereka terlihat bercanda, muka mereka cerah sekaali walau di balut kulit yg hitam legam. Rata2 mereka berbadan kurus, dari postor tubuhnya kemungkinan besar mereka dari asia timur, seberti india dan bangladesh, tidak sedikit pula yg berasal dari mesir.

Yang paling depan rupanya tlah menyelesaikan tugasnya, masing-masing membawa sebuah bungkusan kotak berwarna putih yang lumayan besar untuk ukuran dua tangan, mereka pulang ke arah tujuan masing2, diantara mereka ada yg melewati kantorku. karna penasaran aku mencoba seramah2 nya bertanya
raida; "what is that?"
mr x; (**&(YJY(^()&^

nah lo gak tau kan? pa lagi aku, karna dia menggunakan basa india, Pak munir yg rupayanya telah mendapatkan 'boncengannya' setelah naik ke atas itu juga sepertinya penasaran. dia bertanya dalam basa india, barulah aku tau kalo yg mereka bawa itu 'foods'. masing2 dari rombongan itu pulang dengan muka yg lebihhhhhh cerah lagi, mereka terlihat sangat bahagia sekali, kalo aku umpamakan seperti abis nemu jekpot 5jt an. Subahanalllah betapa mudahnya membuat orang bahagia, hanya dengan meemberikan sesuatu tepat pada orang yg seharusnya mendapatkannya. Setiap hari antrian terlihat semakin panjang, sampai hari di mana aku menuliskan cerita ini antrian terlihat lebih semangat.

Ya Allah semoga Engkau berikah barokah kepada mereka yg membagi2 kan karunia-Mu kepada sesamanya, semoga kau limpahkan surga kepada mereka semua, amin...


4 comments:

Anonymous said...

gak ikutan ngantri aja sekalian nih, lumayan kan ngirit & gak perlu masak :-)

Raida said...

ngasih kesempatan yg berhak menerimanya mba :D

Anonymous said...

atau sekalian bikin konter baru yg bagi2in makanan?! ;)
*ngelanjutin komen nomer 1* :D

Anonymous said...

btw ternyata untuk berbagi kebahagiaan itu tidak selamanya harus bermahal-mahal ya Mba :)