May 5, 2016

Hari ke-3: Ke Rumah Sakit

Namaku Rafa, bulan depan usiaku genap 8 tahun. aku lahir 3 tahunan setelah mama dan papa menikah. Semasa aku dalam kandungan, mama masih aktif bekerja, namun ketika usiaku 5 bulan mama bermimpi menemukan bayi laki-laki yang tampan sekali di teras tempat kami tinggal. Bayi itu terlantar, tak ada yang ngurus, padahal cuaca saat itu cukup panas dan berdebu. 

Mama terbangun, sedih banget, kemudian telapak tangannya menyentuh dinding rumahku, terasa hangat dan menenangkan, mama bilang "mama tidak akan menelantarkanmu sayang, mama akan terus menjagamu"


Aku bahagia sekali, tidak sabar rasanya bisa segera bertemu dengannya. 

**********************

Dini hari badannya kembali panas, walaupun dalam ke adaan terlelap tapi selalu gelisah. Dia masih tidur di temanin mas Kukuh, kurang lebih sejam sekali aku periksa dia, masih panas.

Keesokan paginya masih terasa panas, sempat makan bubur sumsum 3 sendok, minum dan nyemil biskuit. Kami berinisiatip membawanya ke RS Kasih Ibu.

Setelah mengantar Alfie, kami mulai bersiap-siap. Toko kebetulan agak ramai, mas Kukuh melayani beberapa pembeli sebentar, tepat jam 9 pagi kami meluncur ke Rumah Sakit.

Setiap masuk Rumah Sakit, kakiku terasa lemas. Area parkiran yang penuh, para pasien beserta keluarga dengan kondisi yang berbeda-beda, tentu yang sangat tidak nyaman adalah aroma obat-obatan dari segala penjuru ruangan. Otakku selalu berbisik, tempat paling menakutkan bukanlah kuburan atau pohon keramat, bukan pula rumah kosong dengan para penghuni dari alam sebelah tapi RUMAH SAKIT. Rumah tempat orang sakit menjadi sehat, orang sehat menjadi sakit. Siapa yang tidak sakit hatinya orang-orang tercinta sedang berjuang melalui perantara Rumah ini beserta tim ahli, kadang perjuangan mereka berakhir kala pasien pulang kepada sang Pencipta.

Aku sempat jalan lebih dulu ke area tunggu poliklinik, diantara jejeran kursi besi , hanya menyisakan satu tempat kosong. Kupangku Rafa, perasaanku sedikit aneh kenapa orang-orang di sampingku mbah-mbah dan oran tua semua? anak kecilnyapun cuman satu, itu juga terlihat sangat sehat, jangan-jangan kami salah ruangan, bukankan dulu Alfie di periksa di ruangan ini?

Ku temui mas Kukuh yang masih mengantri di area pendaftaran, aku memilih menunggu di luar saja. Ternyata tidak ada satupun kursi yang tersedia, ada beberapa toko makanan dan kantin. Dengan aroma obat-obatan dari Rumah Sakit,  perutku terasa sangat mual, selera makanku turun drastis ke level paling bawah.

Di depan Rumah Sakit dekat parkiran sepeda motor ada tumpukan batu semen untuk memperindah taman kecil, di sanalah kami menunggu. Hanya sekitar 15 menit, mas kukuh datang, katanya dokter yang di cari sedang sakit, spontan aku tersenyum geli.

"Ma, kok dokternya sakit?" Tanya Rafa

"Dokter juga manusia bisa sakit bisa sehat, makan, ke kamar mandi kaya kita juga" ku genggam tangannya erat menuju gerai Donat Boys. Donat ini kesenengannya Rafa dan Alfie. Setelah itu kami pulang.

Hanya beberapa jam di rumah, suhu panasnya semakin tinggi, tidak mau ambil resiko lebih jauh, Mas kukuh dan Rafa ke Rumah Sakit yang lain.

"Aku maunya sama mama"

 "Mama mau tapi sebentar lagi Alfie pulang, ngga ada yang jemput. Kalaupun sama Alfie, kan Rafa tau, anak sehat di bawah 12 tahun ngga boleh masuk rumah sakit"

 "Aku maunya sama mamaaaa.." ia meratap, buliran air mata mulai membasahi pipinya.

Perih sampai ke jantung hati, bisakah mama saja yang gantiin ini semua sayang?

"Ayo, nanti ke buru ke siangan" pinta Mas Kukuh

 "Papa duluan aja" ujar Rafa sembari mendekatiku dari belakang.

 "Iya, papa duluan, ada yang mau kami omongin berdua" Mas Kukuh berlalu menuju garasi, memberi kami ruang untuk membicarakan sesuatu hanya berdua saja.

 "Ma, nanti kalau udah dapat mainannya potoin terus di kirim ya?" Ucapnya pelan penuh harap.

Akupun mengiyakan, dalam kondisi seperti  sekarang ini, mau tak mau sogok menyogokpun terjadi.

Setelah ke kamar mandi dan kembali mengenakan celana panjangnya, membawa jaket sebagai cadangan saat dia merasa kedinginan, tak lupa ku selipkan mainan rubriknya, Rafa segera menyusul papanya.

Ada yang menusuk-nusuk di ulu hatiku, ya Allah sehatkan Rafa, angkatlah penyakitnya, sembuhkanlah dia.

****

Catt: Mas kukuh udah sreg dengan salah satu dokter di rs kasih ibu , dia tidak gampang dan bener bener selektif memberikan resep antibiotik ke anak/pasien, dan penjelasannya lebih mudah di terima serta sangat nyaman di ajak diskusi

#OneDayOnePost
#edisiceritabersambung

7 comments:

Nychken Gilang said...

Mas kukuh apakah seperti namanya juga kukuh. Kita lihat kelanjutannya

Lisa Lestari said...

Cepet sehat rafa sayang...

Na said...

Rafa..kayak nama murid saya.

Sakif said...

Rafa sakitpun masih mikirin mainan..anak baik cepet sembuh yaa

Ciani Limaran said...

Mamanya Rafa yg kuat yak,jgn sakit juga.. Cepet sembuh adek...

Sasmitha A. Lia said...

syafakallah dek Rafa.. :*

Vinny Martina said...

Sehat terus yah rafa.. selalu suka cerita anak-anak