Di sebuah group ada member yang melemparkan obrolan seperti ini, "Dulu murid dimarahi guru, dilempar penghapusan, dipukul dengan penggaris, dihukum guru. Kita tidak berani mengadu ke orangtua, bisa-bisa malah ditambah hukuman.
Sekarang kalau kita lapor sama orang tua, bisa-bisa guru kita malah dilaporkan polisi."
Jari sayapun rasanya gatel ingin ikutan berceloteh, "Anak-anak dulu dalam cerita itu kemudian tumbuh mendewasa, dan punya anak yang kemudian tumbuh di jaman sekarang. Bisa jadi lho ... bisa jadi, anak-anak dulu dendam akhirmya melampiaskannya skrg :D"
Okey, intinya adalah dendam jika itu nyata, karena saya juga kurang mengetahui bagaimana kehidupan si "pelapor" pada era dia sekolah dulu. Saya pribadi belum pernah seumur-umur dipukul guru. Boro-boro, dimarahin saja sangat jarang paling banter di tegur. Karena apa? Saya murid pendiam yang kasat mata, kalau keliatan nakal itu lebih karena ikut-ikutan, dihukumnyapun bisa berjamaah. Jadi saya tidak pernah dendam sama guru.
Dan rasanya kasus antara orangtua vs guru, atau murid vs guru pun saat ini semakin sering dan banyak dan tingkatnya semakin seram. Mungkin juga karena pengaruh mudahnya informasi yang menyebar, dengan mudah pula berita itu kita ketahui.
Sama ketika banyaknya kasus tkw yang di siksa majikan. Sejak lama negara kita mengirim tkw ke berbagai negara terutama negara Timor Tengah dan Asia. Pernah ngga kita berpikir para pekerja kita yang sisiksa itu sebenarnya masa kecil para majikannya tumbuh besar di bawah asuhan mereka (tkw) terdahulu?
Juga saat berita sangat menohok tentang anak-anak durhaka kepada orangtua. Pernah ngga kita sedikit saja menggali kehidupan mereka semasa dalam asuhan. Bukankah sudah hukum alam, anak-anak yang dimuliakan akan memuliakan orangtuanya. Jangankan orangtua, sama asisten rumah tangga saja kalau anak-anak itu disayang dengan sepenuh hati merekapun akan menyayanginya.
Sekarang kalau kita lapor sama orang tua, bisa-bisa guru kita malah dilaporkan polisi."
Jari sayapun rasanya gatel ingin ikutan berceloteh, "Anak-anak dulu dalam cerita itu kemudian tumbuh mendewasa, dan punya anak yang kemudian tumbuh di jaman sekarang. Bisa jadi lho ... bisa jadi, anak-anak dulu dendam akhirmya melampiaskannya skrg :D"
Okey, intinya adalah dendam jika itu nyata, karena saya juga kurang mengetahui bagaimana kehidupan si "pelapor" pada era dia sekolah dulu. Saya pribadi belum pernah seumur-umur dipukul guru. Boro-boro, dimarahin saja sangat jarang paling banter di tegur. Karena apa? Saya murid pendiam yang kasat mata, kalau keliatan nakal itu lebih karena ikut-ikutan, dihukumnyapun bisa berjamaah. Jadi saya tidak pernah dendam sama guru.
Dan rasanya kasus antara orangtua vs guru, atau murid vs guru pun saat ini semakin sering dan banyak dan tingkatnya semakin seram. Mungkin juga karena pengaruh mudahnya informasi yang menyebar, dengan mudah pula berita itu kita ketahui.
Sama ketika banyaknya kasus tkw yang di siksa majikan. Sejak lama negara kita mengirim tkw ke berbagai negara terutama negara Timor Tengah dan Asia. Pernah ngga kita berpikir para pekerja kita yang sisiksa itu sebenarnya masa kecil para majikannya tumbuh besar di bawah asuhan mereka (tkw) terdahulu?
Juga saat berita sangat menohok tentang anak-anak durhaka kepada orangtua. Pernah ngga kita sedikit saja menggali kehidupan mereka semasa dalam asuhan. Bukankah sudah hukum alam, anak-anak yang dimuliakan akan memuliakan orangtuanya. Jangankan orangtua, sama asisten rumah tangga saja kalau anak-anak itu disayang dengan sepenuh hati merekapun akan menyayanginya.
No comments:
Post a Comment